Mesin
Waktu Misterius
Terdampar
di suatu tempat terpencil yang sangat asing untukku. Aku menghilang, dan
menjauh dari dunia asalku. Aku masih tidak mengerti kenapa aku bisa sampai
ditempat ini.
‘Siapa
yang membawaku ketempat ini?’ batinku.
Tempat
ini sangat gelap, hanya sinar rembulan, dan gemerlap bintang yang menyinari
langkahku. Kakiku terus melangkah tanpa tujuan arah, aku takut berada di tempat
sunyi ini. Aku ingin kembali kedunia asalku, aku tidak ingin berada disini. Aku
menyesal telah mengatakannya, kalau aku ingin menjauh dari duniaku sendiri. Aku
sangat menyesal telah mengucapkannya.
Otakku
kembali mengulang kejadian beberapa menit yang lalu sebelum aku terdampar di
tempat ini.
-Flashback-
Disana,
di dunia asalku, aku tengah bertengkar hebat dengan kedua orang tuaku. Orang
tuaku mendesakku untuk mengikuti mereka menemukan Kristal Biru dan mengikuti mereka memasuki guild Naga Putih. Guild Naga Putih adalah
guild terkuat, mereka sudah menghabisi para monster penjaga di setiap tempat
terlarang itu.
Kristal
Biru, memiliki sumber kekuatan yang sangat dahsyat dan kekuatan itu mampu
membuat seseorang yang dapat menemukannya dan memilikinya akan menjadi sangat
hebat, dan akan menjadi penguasa planet ini. Selain itu, Kristal Biru ini dapat mengabulkan setiap permohonan yang diucapkan
pemilik Kristal Biru ini, namun jika Kristal Biru digunakan untuk mengabulkan
permohonan kekuatan Kristal Biru akan
hilang. Kekuatan yang terdapat dalam Kristal
Biru itu membuat semua orang yang berada di dunia ini, berbondong-bondong
untuk menemukannya bahkan mereka mendirikan beberapa guild dan guild yang
sudah berada sangat jauh dan hampir mendekati keberadaan Kristal Biru adalah guild
Naga Putih.
Tempat
keberadaan Kristal Biru sangatlah
jauh, jika ingin mencapainya harus melewati ‘Sungai Kegelepan’ yang
terdapat monster yang menjaga sungai itu. Untuk sampai ke sungai kegelapan tidaklah mudah, karena jaraknya yang sangat jauh
dan terdapat rintangan-rintangan yang mematikan.
Jika
berhasil melewati sungai kegelapan,
selanjutnya adalah melewati Lembah
Kematian. Lembah ini di tutupi oleh kabut yang sangat tebal membuat setiap
orang yang melintasinya menjadi terkecoh selain itu di lembah ini juga terdapat
monster. Monster yang ada di lembah kematian, lebih menyeramkan, monster ini
seperti monster yang membawa petaka dan kematian bagi setiap orang yang
melewati lembah ini. Setelah
Lembah
Kematian, masih ada 2 tempat lagi yang harus dilewati yaitu Hutan Darah. Hutan ini dijaga oleh
monster darah yang mengerikan, monster itu tidak segan-segan membunuh siapa
saja yang melewati hutan ini. Semua orang yang melewati hutan ini tidak akan
bisa keluar dengan selamat. Monster ini sangat kuat, jika monster ini berhasil
dikalahkan, monster ini masih bisa kembali hidup. Monster ini seperti memiliki
2 nyawa dan nyawa keduanya membuat kekuatan monter ini 2x lebih kuat. Jika saat
nyawa ke-2nya ia terkalahkan monster ini akan benar-benar musnah.
Tempat
terakhir adalah Gunung Kristal, di
gunung inilah Kristal Biru berada dan
di tempat terakhir ini semua monster yang sudah musnah akan kembali hidup dan
menjaga Kristal Biru. Jika ingin
mendapatkan Kristal Biru ini caranya
adalah menghabisi semua monster-monster dan menghabisi bos yang berada di Gunung
Kristal. Bos adalah penjaga Kristal Biru, kekuatan bos lebih besar dibandingkan
monster-monster itu.
Guild Naga Putih,
yang notabennya adalah guild terkuat
sudah melewati Lembah Kematian dan
kini sedang menuju ke Hutan Darah.
Sebenarnya,
ada satu cara termudah untuk langsung mencapai Gunung Kristal, yaitu dengan menggunakan ‘Mesin Waktu’. Mesin waktu
ini diciptakan oleh Kayaba Akihiko,
ia sengaja menciptakan mesin waktu
ini untuk mempermudahnya mencapai Gunung
Kristal. Namun, sangat disayangkan saat mesin
waktu sudah dapat berfungsi dengan baik Kayaba
Akihiko dibunuh oleh pembunuh berdarah dingin yang memiliki dendam terhadap
Kayaba Akihiko. Saat para pembunuh
itu kembali ketempat dimana mesin waktu
itu berada, mesin waktu itu sudah
menghilang dan sampai sekarang tidak ada yang bisa menemukan keberadaan mesin
waktu tersebut.
‘Mesin
waktu?’ batinku terus saja mengulang kalimat itu. Sekarang aku mengingatnya,
aku terdampar di tempat ini karena aku memasuki benda yang menurutku sangat
menarik. Aku memasuki benda itu, benda itu terlihat seperti sebuah lemari
besar. Aku bersandar, dan memejamkan mataku. Aku berteriak histeris dan
mengatakan hal yang saat ini membuatku menyesal.
“Aku
ingin pergi dari duniaku ini, aku ingin menghilang dan menjauh dari kedua orang
tuaku. Aku tidak ingin mengikuti keinginan mereka untuk memasuki guild Naga Putih dan ikut bersama mereka
untuk mencari Kristal Biru.”
“Aku
tidak mau! Aku ingin menghilang dan pergi dari sini!” Teriakku.
Tiba-tiba
saja aku merasakan benda ini bergetar sangat hebat, aku sangat ketakutan. Aku
mencoba untuk membuka pintu benda ini namun, pintunya tidak bisa dibuka. Aku
semakin ketakutan, aku hanya bisa menangis hingga aku merasakan tubuhku seperti
melayang dan semua pandanganku menjadi gelap. Dan saat aku terbangun mesin waktu yang membawaku ketempat ini
sudah menghilang.
--
“Hey,
sedang apa kau tengah malam berada ditempat ini?” Terdengar suara seseorang
dari belakangku. Sontak membuatku terkejut. Pelan-pelan aku menoleh kearah
orang itu, aku melihat seseorang yang sepertinya seumuran denganku.
“A-a-aku
tersesat.” Ujarku terbata-bata.
Dia
hanya manggut-manggut dan menarik lenganku. Ia membawaku ketempat yang lebih
mendapatkan penerangan.
“Suwatte kudasai.” Ujarnya.
Aku
masih mematung ditempatku berpijak dengan mataku yang masih melihatnya.
“Tidak
perlu takut. Aku bukan orang jahat.” Ujarnya sambil mengulum senyuman.
Aku
melangkahkan kakiku dan duduk disampingnya.
“Hajimemashite watashi wa Kirigaya Kazuto
desu. Anata namae wa?”
“Atashi Yuuki Asuna desu.”
“Yoroshiku onegaishimasu.” Ujarku dan
Kazuto secara bersamaan. Tanpa kusadari ia tengah melakukan hal yang sama
denganku menggaruk tengkuk lehernya. Aku selalu menggaruk tengkuk leherku jika
aku sedang salah tingkah.
Aku
memperhatikan dirinya sangat mendetail, aku melihat ia seperti membawa sebuah
pedang yang ia letakkan di belakang tubuhnya.
‘Pedang?
Untuk apa dia membawa pedang?’ tanyaku dalam hati.
“Kenapa
kau memandangiku seperti itu?” tanyanya.
“Ah
tidak, kau ini terlalu percaya diri. Aku tidak memandangimu.”
“Tidak
usah berbohong. Pipimu sudah semerah tomat.” Ujarnya dengan wajah datarnya.
“Kau
tinggal di sekitar sini?” tanyaku pada Kazuto.
“Ie.”
“Lalu?
Kenapa kau bisa berada di tempat ini?”
“Aku
memang selalu berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Bisa
dibilang aku ini adalah pengembara. Kau sendiri kenapa berada di tempat ini?”
“Aku
tersesat.”
“Kenapa
kau bisa tersesat? Sebenarnya kau tinggal dimana?”
Aku
menghela nafas panjang untuk menenangkan diriku sejenak, kemudian aku mulai
menceritakan kepada Kazuto semua kejadian yang terjadi pada diriku sehingga aku
bisa sampai ketempat ini.
Baru
kali ini aku langsung mempercayai orang yang baru kukenal. Mungkin, karena
situasiku saat ini sedang tidak mendukung. Aku juga sangat bersyukur karena ada
Kazuto yang menemaniku disini, setidaknya aku tidak merasa kesepian seperti
pertama kali aku terdampar ditempat yang sangat gelap dan sunyi ini.
“Sebaiknya
sekarang kau istriahat. Besok aku akan membantumu untuk mencari mesin waktu itu.” Ujar Kazuto.
“Tapi—”
Belum
selesai aku mengucapkannya Kazuto sudah memotong pembicaraanku.
“Tenang
saja aku akan menjagamu dan bisa ku pastikan kau akan tetap baik-baik saja.”
Aku
mengganguk patuh. Aku membaringkan tubuhku dan menyandarkan kepalaku pada kaki
Kazuto.
“Oyasuminasai Asuna-san.”
“Oyasuminasai Kazuto-san.” Ujarku sambil
melengkungkan senyuman tipis. Aku melihat wajah Kazuto sekilas setelah itu, aku
mulai memejamkan mataku.
===Mesin Waktu
Misterius===
“Erhhh..”
Aku menggeliat dan merenggangkan otot-otot
tubuhku. Aku mengerjapkan mataku, dan melihat Kazuto yang sedang memandangiku
sambil tersenyum.
“Ohayou Asuna-san.” Ujarnya dengan mata
yang berbinar-binar.
Aku
segera bangkit dari tidurku, aku merasakan pipiku sudah merona.
“O-oh-ohayou.” Ujarku terbata-bata.
‘Bodoh
kau Asuna, kenapa kau jadi salah tingkah seperti ini di depan Kazuto.’ Rutukku
dalam hati.
“Ayo
kita mencari mesin waktu itu. Instingku mengatakan kalau mesin waktu itu tidak
jauh dari sini.”
Aku
menatap Kazuto tidak percaya. Kenapa jadi dia yang sangat bersemangat untuk
mencari mesin waktu itu?
“E..
Hai.” Ujarku.
Aku
berjalan berdampingan dengan Kazuto, jantungku berdegup sangat cepat saat
disampingnya. Wajahnya yang terlihat sangat damai mampu membuat hatiku menjadi
terasanya nyaman.
Tiba-tiba
saja Kazuto menghentikan langkahnya.
“Kenapa
berhenti? Memangnya kita sudah sampai?” tanyaku pada Kazuto.
Kazuto
mengangguk dan memandangi tempat ini. Kini, aku dan Kazuto sudah berada di
dalam Goa yang gelap.
“Kau
yakin mesin waktu itu ada disini?”
“Aku
sangat yakin.”
Kazuto
kembali melangkahkan kakinya. Setelah berjalan menelusuri goa ini Kazuto berhenti di sebuah benda yang besar. Bentuknya sama
seperti lemari besar yang kutemui didunia asalku.
Aku
terperangah saat melihat mesin waktu itu. Bagaimana bisa instingnya sangat kuat
dan langsung menemukan mesin waktu ini? Hanya dengan kurun waktu yang tidak
sampai seharian.
“Mesin
waktu ini kan yang kau cari?” tanyanya.
Aku
hanya mengangguk pelan.
Aku
berjalan memasuki mesin waktu itu, aku menoleh kebelakang melihat Kazuto yang
hanya memandangiku.
“Arigatoo Gozaimasu.”
“Dooitashimashite. Kau akan kembali
kedunia asalmu?” Ujarnya.
“Ya.
Aku akan kembali ke duniaku. Aku akan pergi ke Gunung Kristal untuk menemukan Kristal
Biru.”
“Bolehkah
aku ikut denganmu mencari Kristal Biru?”
“Mochiron.” Aku langsung memasuki mesin
waktu itu, begitu pula dengan Kazuto.
“Tolong
bawa kami ke Gunung Kristal.” Ujarku dalam mesin waktu ini.
Kemudian
aku merasakan mesin waktu ini mulai bergetar hebat, sama seperti yang aku
rasakan saat pertama kali di dalam mesin waktu ini.
Setelah
beberapa detik mesin waktu bergetar hebat, pintu mesin waktu itu terbuka dan
menunjukkan pemandangan yang menurutku sangat menakjubkan.
“Utsukushi fukei.” Gumamku. Mataku terus
saja menelusuri setiap sudut tempat ini.
Aku
dan Kazuto sudah berada di Gunung Kristal,
gunung ini terlihat berkilauan karena disekililingnya dipenuhi oleh
kristal-kristal yang sangat indah.
Aku
melangkah berdampingan dengan Kazuto menelusuri gunung Kristal. Dari kejauhan
aku melihat segerombolan orang yang tengah bertarung hebat dengan para monster.
Langkahku
terhenti saat aku melihat sosok yang sangat kukenali. Aku terperangah saat
melihat kedua orang tuaku yang juga berada disana.
Aku
merasakan seperti ada tangan yang menepuk bahuku.
“Nan desu ka”
“Orang
tuaku---”
Mataku
terbelalak saat melihat ayahku tersungkur dengan tubuh bersimbah darah. Aku
berlari sekencang mungkin dengan airmata yang sudah jatuh membasahi pipiku.
Bahkan
monster-monster itu menyerang ibuku yang sedang berusaha untuk melindungi
Ayahku. Aku mengambil pedang ayahku yang terpental akibat kibasan ekor
monster-monster itu.
“Hhhiiiaaaattttt!!”
“Lebih baik ibu
mundur saja, selamatkan ayah. Biar aku yang melawan monster ini.” Ujarku pada
ibuku.
Ibuku mengangguk dan langsung melangkah pergi menghampiri ayahku yang
sudah terbaring tak berdaya.
Pedangku
terus saja bergerak sangat cepat melawan dan menepis setiap pukulan monster
itu. Monster itu sangat kuat aku hampir kewalahan untuk mengalahkannya.
Semua
orang yang ada di sana sedang berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan semua
monster. Tiba-tiba saja konsentrasiku buyar, mataku menjadi tak tentu arah.
Tanganku terus saja mengarahkan pedangku ke tubuh monster itu, namun mataku
mencari keberadaan Kristal Biru.
‘Aku
harus mendapatkan Kristal biru itu.’ Gumamku dalam hati.
“Arhhhhhh..”
Rintihku.
Aku
merasakan sakit yang teramat sakit pada lenganku. Pedangku sudah terlepas dari
genggaman tanganku.
Aku
melihat monster itu sedang mengarah kearahku, bahkan ekornya sudah siap memberikan
satu hentakkan yang mampu membuatku tak bernyawa.
“Hhiiiaaattttt!!!”
Aku
menoleh kearah suara itu, aku melihat Kazuto yang tengah melawan monster
dihadapanku. Gerakan pedang Kazuto sangat cepat, bahkan gerakannya seperti
kilat.
Mataku
mencari keberadaan kedua orang tuaku. Jantungku seperti diterjang ribuan belati
yang menusuk jantungku saat melihat kedua orang tuaku yang sudah terbaring
lemah, dengan langkah gontai aku berlari kearah kedua orang tuaku.
“Ayah..
Ibu. Hiks” ujarku sambil menguncang-guncangkan bahu Ayah dan Ibuku.
“Bangun
Yah, Bu. Bangunnnn!!” Teriakku
Aku
memeluk tubuh kedua orangtuaku yang sudah bersimbah darah. Aku menyayangi
mereka, aku menyesal tidak menuruti keinginan mereka. Aku menyesal. Aku tidak
ingin mereka meninggalkanku.
‘Kristal
Biru. Ya! Kristal Biru pasti bisa menghidupkan kembali kedua orangtuaku.’
Mataku
terus saja menelusuri setiap sudut gunung Kristal ini, hingga mataku menangkap
sebuah benda yang sangat berkilauan.
Aku
berlari kearah benda berkilau itu, hingga aku merasakan sesuatu yang menghantam
punggungku.
“Kristal
itu milikku. Jangan coba-coba kau mengambilnya.” Ujar pria paru baya sambil
menebar senyum sinisnya.
“Anata wa dare? Kau sama sekali tidak
berhak atas Kristal Biru itu.” Ujarku
sambil menatapnya tajam.
“Ore wa Diabel. Aku adalah pemimpin guild Naga Putih.” Ujarnya dengan senyum
sinis yang tak lepas dari wajahnya.
“Jadi
kau pemimpin guild rendahan itu?”
ujarku sambil tersenyum miring.
Diabel
mengepalkan tangannya, kilatan amarah terpancar dari sudut matanya. Diabel
mengeluarkan pedangnya dan mengibaskannya ke langit-langit.
“Berani
sekali kau berkata seperti itu nona manis. Lebih baik kita duel saja. Buktikan
siapa yang terkuat diantara kita.”
Duel?
Keringat dingin membasahi tubuhku. Apa yang harus aku lakukan? Jika aku berduel
dengannya sudah pasti aku akan kalah telak dengannya. Diabel adalah orang yang
terkuat, bahkan kemahirannya dalam beradu pedang sudah tidak ragukan lagi.
Diabel
berjalan kearahku dengan senyum liciknya, aku hanya terdiam dengan otakku yang
terus berputar untuk mencari cara melawannya dengan tangan kosong karena aku
tidak memiliki pedang.
Brakkkk..
Tiba-tiba
saja tubuh Diabel tersungkur ke tanah dengan punggungnya yang sudah
mengeluarkan cairan berwarna merah.
Kazuto?
Aku melihat Kazuto yang berdiri tegak tepat dibelakang Diabel yang sudah
terbaring lemah di tanah.
Kazuto
berlari kearahku dengan pedang yang mengarah tepat ke arahku. Aku hanya terpaku
dan memejamkan mataku.
‘Kazuto,
apa kau ingin membunuhku? Baka!’
Aku
membuka mataku perlahan saat aku merasakan tidak ada sesuatu hal yang terjadi
pada diriku.
Aku
menoleh kearah belakangku. Aku sangat terkejut saat melihat bos yang melindungi Kristal Biru lenyap, namun Kristal
Biru ikut lenyap.
Kristal Biru
lenyap? Aku tidak percaya benda yang memberikanku harapan untuk mengembalikan
nyawa kedua orang tuaku kini sudah lenyap. Harapanku pupus, anganku hilang.
Orang tuaku benar-benar pergi dan meninggalkanku selama-lamanya.
Apakah
ini akhir dari perjuanganku, perjuangan kedua orang tuaku untuk mendapatkan Kristal Biru? Perjuanganku, perjuangan
kedua orangtuaku bahkan perjuangan semua rakyat di duniaku berakhir sia-sia
dengan lenyapnya Kristal Biru.
Aku
memandang sekeliling Gunung Kristal.
Monster dan bos sudah menghilang, ratusan orang sudah tak bernyawa, hanya
tersisa 10 orang termasuk aku dan Kazuto,
Aku
sangat terpukul, kenapa perjuangan ini harus berakhir dengan sia-sia? Apa tidak
ada kebahagiaan di akhir perjuangan ini?
“Jangan
menagis Asuna-san.” Ujar Kazuto. Kazuto menarik lenganku dan membawa tubuhku
kedalam dekapannya. Hangat dan menenangkan. Itulah yang aku rasakan saat berada
didalam dekapan Kazuto.
“Orang
tuaku sudah tidak ada, begitu pula dengan yang lainnya. Hiks.”
“Kanashi koto wa arimasen . Semuanya
sudah terjadi.”
“Tapi
mereka seperti itu karena aku! Karena aku yang bodoh dan tidak menuruti
permintaan mereka. Kalau saja dari awal aku menuruti keinginan mereka pasti
orang tua ku akan masih tetap hidup.”
“Berhenti
menyalahkan dirimu sendiri. Ini semua bukan kesalahanmu. Ini sudah garis
takdir.”
Mataku
menatap lekat-lekat mata Kazuto. Aku menginginkan ia selalu berada disisiku
untuk saat ini, esok dan seterusnya.
“Kazuto-san?”
“Nani desu ka.”
“Apa
kau mau ikut denganku kedunia asalku?”
Kazuto
bergeming. Ia tidak memberikan jawaban sedikitpun.
“Aku
ingin kau ikut denganku. Aku ingin kau terus bersamaku.” Ujarku dengan raut
wajah sendu.
“Gommenasai Asuna-san. Aku tidak bisa
ikut ke dunia asalmu. Dunia asalmu dan duniaku pasti berbeda, aku tidak mungkin
bisa berada di duniamu Asuna-san.”
“Tidak
ada yang tidak mungkin. Aku yakin kau akan senang tinggal di duniaku.”
“Watashi wa dekimasendeshita. Gomenasai Asuna-san. Duniaku adalah
duniaku, duniamu adalah duniamu. Meskipun kau adalah duniaku aku tetap memiliki
duniaku sendiri. Dan aku tidak bisa sepenuhnya mengikuti duniamu.” Ujar Kazuto
sambil mengusap lembut pipiku.
“Wakata.”
“Sebaiknya
sekarang kau dan anggota guildmu yang
masih hidup segera kembali kedunia asalmu. Aku merasakan akan ada kehancuran
yang sangat dahsyat.”
“Kau
mengusirku?”
“Tidak, aku tidak mengusirmu. Aku hanya
tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Sebaiknya kau dan yang lainnya
cepat kembali ke mesin waktu dan
kembali kedunia asalmu.”
“Baiklah.
Aku akan merindukanmu, akan sangat merindukanmu.” Ujarku sambil tersenyum
manis.
“Aku
juga akan merindukanmu Asuna-san.” Ujar Kazuto.
Aku
merasakan sesuatu yang lembab berada di pipiku, aku hanya bisa memejamkan
mataku saat Kazuto mengecup lembut pipiku.
Aku
tersenyum sekilas dan berjalan menuju mesin waktu.
“Sayonara Kazuto-san. Aku harap takdir
akan mempertemukan kita kembali.” Teriakku sambil melambaikan tanganku.
“Sayonara.”
Kazuto
melambaikan tangannya dengan senyuman yang terus saja merekah dari bibirnya.
Senyuman Kazuto akan terus terekam dengan baik dalam memori ingatanku. Tak
hanya senyumannya, tapi juga matanya, hidungnya, lekuk wajahnya, hangat
dekapannya semua tentang dirinya akan selalu terekam jelas dalam memori
ingatanku dan akan selalu begitu.
Aku
percaya pada takdir dan sang waktu, akan memepertemukanku dengan Kazuto lagi.
Aku sangat percaya dengan hal itu, dan aku akan terus menunggu sampai takdir
dan sang waktu mempertemukan kita kembali.
===Mesin Waktu
Misterius===